Tokoh-Tokoh Sahabat Rasulullah

1    Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para nabi dan rasul.

Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya, radhiallahu ‘anhu.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)[1]

2.      Nasab

Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafah, dan abu Quhafah itu pun nama sebenarnya utsman bin Amir[2], namun kun-yahnya (Abu Bakar) lebih populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Luai.

Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im.[3]

3.      Keutamaan Abu Bakar
             
              Menerima dakwah tanpa ragu dan sebabnya

Rasululllah berkata:
“Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu hati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bin Abi Quhafah. Ia tidak menunggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya”.[4]

·       Melindungi Golongan Lemah Dengan Hartanya

Dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya dengan berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang orang yang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakan hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang yang tak punya, yang telah mendapat petunjuk oleh Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh-musuh dakwah.

Sudah cukup diketahui, bahwa ketika ia masuk Islam, hartanya tidak kurang dari empat puluh ribu dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam ia terus berdagang dan mendapatkan laba yang cukup besar. Tetapi setelah hijrah ke madinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham. Seluruh uang simpanannya semasa berdagang kemudian dihabiskan untuk kepentingan dakwah, menebus orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya disiksa dengan berbagai macam cara, tak lain karen mereka masuk Islam.[5]

·       Peranan Sebagai Semenda Nabi

Setiap kali Abu Bakar melihat muhammmad diganggu oleh orang kuraisy ia selalu siap membela dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan, bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan kuraisy terhadap Rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa mereka dicela.

Suatu hari mereka berkumpul di Hijr, dan satu sama lain mereka berkata: “kalian mengatakan apa yang didengarnya dari kalian dan apa yang kalian dengar tentang dia. Dia memperlihatkan kepadamu apa yang tak kamu sukai lalu kamu tinggalkan dia”.

Sementara mereka dalam keadaan seperti itu tiba-tiba datang Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam. Sekaligus iya diserbu bersama-sama oleh mereka dan mengepungnya seraya berkata: “kamu yang berkata begini dan begini? Maksudnya yang mencela berhala-hala dan kepercayaan mereka. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pun menjawab: Ya, memang aku yang mengatakan. Salah seorang di antara mereka langsung menarik bajunya. Abu Bakar sambil menangis menghalanginya seraya berkata: kamu mau membunuh orang yang mengatakan hanya Allah Tuhanku! Mereka kemudian bubar.[6]

·       Kebesarannya Abu Bakar

Abu Bakar adalah laki laki yang begitu rendah hati, ia mudah terharu, begitu halus perasaannya, bergaul dengan orang-orang papa, dengan mereka yang lemah, dalam dirinya terpendam sesuatu kekuatan yang dahsyat sekali. Dalam kemampuan yang luar biasa dalam membimbing tokoh-tokoh serta dalam menampilkan posisi dan bakat mereka , ia tak kenal ragu, pantang mundur. Ia mendorong mereka terjun ke dalam lapangan yang bermanfaat bagi kepentingan umum, menyalurkan segala kekuatan dengan kemampuan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada mereka.[7]

Rasulullah Memilih Abu Bakar dalam hijrah dan shalat

Karena Abu Bakar Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan Rasulullah, dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban. Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya hendak membatu Rasulullah dalam berdakwah demi agama Allah dan membela kaum Muslimin. Ia lebih mencintai Rasulullah dari pada dirinya sendiri, mendampingi nya selalu dalam setiap peristiwa. Disamping itu iman yang begitu teguh akhlaknya pul sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang lain, paling deket dan akrab kepada mereka.[8]

·       Keteladanan yang telah mengilhaminya

Iman yang sungguh-sungguh demi kebenaran itulah yang membuatnya menentang sahabat-sahabatnya dalam soal menghadapi golongan murtad waktu itu  dan bersikeras hendak memerangi mereka meskipun harus pergi seorang diri. Betapa ia tak akan melakukan itu padahal ia sudah menyaksikan sendiri Nabi berdiri seorang diri mengajak orang-orang di Mekah ke jalan Allah, tapi mereka ramai menentangnya.[9]

·       Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya

Setelah mendapatkan kemenangan di perang badar, kaum Muslimin kembali ke Madinah dengan membawa tawanan perang kuraisy. Dan ketika itu Abu Bakar menginginkan tawanan perang yang ingin bebas, maka keluarganya harus menebus dirinya. Abu Bakar berpikir bahwa kaum Musilmin membutuhkan banyak dana untuk kebutuhan perang dan kebutuhan muslimin lainnya.[10]

·       Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah

Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).”

Hasan bin Abil-Hasan al-Basri, Ibn Hisyam menuturkan: “Ketika malam Rasulullah Salallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar memasuki gua, Abu Bakar radiallahu anhu masuk lebih dahulu sebelum Rasulullah Salallahu alihi wasallam sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau tempat itu ada binatang buas atau ular. Ia mau melindungi Rasulullah Salallahu alaihi wasallam dengan dirinya. Itu semua karena kecintaan Abu Bakar terhadap Rasulullah Salallahu alaihi  wasallam.[11]

·       Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga

Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ

Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)[12]

Suatu saat Rasulullah berkata demikian dan Abu Bakar bertanya apakah kelak saya berada dineraka wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: “Sesungguhnya Engkau bukan melakukannya karena sombong dan engkau dijamin masuk Syurga wahai Abu Bakar”, komentar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakar.




[1] https://kisahmuslim.com/4058-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq.html
[2] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.2
[3] https://kisahmuslim.com/4058-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq.html
[4] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.5
[5] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.8
[6] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.8-9
[7] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.xx
[8] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.xvii
[9] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.xxvi
[10] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.20
[11] HaekalMuhammadHusain,AbuBakarAs-Siddiq.litera AntarNusa,Jakarta-februari 2009.hlm.14-15
[12] https://rumaysho.com/837-hukum-celana-di-bawah-mata-kaki-2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar